Rabu, 21 Januari 2009

Saya belajar : Placenta Previa

Karena, kehamilan saya yang keempat ini, sekarang menginjak 16 minggu, kata dokter kandungan saya mengalami Placenta Previa. Minggu ke 14 saya mengalami bleeding. Dirawat 2 hari. Tapi sekarang cuma flek saja, namun hampir setiap hari. Saya agak bingung juga, karena saya masih dalam keadaan bekerja. Tidak bed rest. Kadang-kadang saja saya bed rest. Karena kalau kelamaan bed rest, timbul penyakit yang lain, seperti sakit punggung, kepala pusing, dsb.
Saya guru, sekarang semester genap, anak-anak sedang persiapan Ujian Nasional, kalo saya cuti.... ooohhh...
(Mudah-mudahan Allah juga kasihan sama saya, sehingga kehamilan saya tidak bermasalah, melahirkan dengan jalan normal dan sehat, saya dan bayi saya. Amin)

Kita belajar yu... apa sih placenta previa itu ? Artikel ini saya kutip dari Rumah Dokter.

Secara sederhana, rahim berbentuk segitiga terbalik, atau bisa juga dibayangkan seperti daun waru (clover) terbalik dengan tangkai di bawah. Bagian “tangkai” ini berbentuk seperti tabung atau corong (dikenal sebagai leher rahim) dengan ujung terbuka (dikenal sebagai mulut rahim).
Normalnya plasenta terletak di bagian fundus (bagian puncak/atas rahim), bisa agak ke kiri atau ke kanan sedikit, tetapi tidak sampai meluas ke bagian bawah apalagi menutupi jalan lahir.
Patokan jalan lahir ini adalah ostium uteri internum (disingkat OUI, yaitu mulut rahim bila dilihat dari bagian dalam rahim). Kalau dilihat dari luar - dari arah vagina - disebut ostium uteri eksterum.
Placenta-previa artinya “plasenta di depan” (previa=depan). Artinya, plasenta berada lebih “depan” daripada janin yang hendak keluar. Angka kejadiannya sekitar 3-6 dari 1000 kehamilan.
Terhadap jalan lahir ada 4 kemungkinan jenis plasenta previa :
1. Placenta previa totalis, bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir. Pada posisi ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan per-vaginam (normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat.
2. Placenta previa partialis, bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada posisi inipun risiko perdarahan masih besar, dan biasanya tetap tidak dilahirkan melalui per-vaginam.
3. Placenta previa marginalis, bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Bisa dilahirkan per-vaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4. Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang disebut juga dangerous placenta), posisi plasenta beberapa mm atau cm dari tepi jalan lahir. Risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan aman, asal hat-hati.
(kadang dokter memperkirakan risiko perdarahan sehingga dibutuhkan persiapan darah transfusi pada persalinan.
Diagnosa ini mulai dipastikan sejak kira-kira umur kehamilan 26-28 minggu, dimana mulai terbentuk SBR (Segmen Bawah Rahim). Dengan terbentuknya SBR, leher rahim yang semula masih berbentuk seperti corong (lihat gambar di pojok kanan atas), akan mulai memipih, untuk nantinya saat menjelang persalinan mulai membuka (sudah biasa mendengar “pembukaannya sudah berapa cm” begitu kan?)
Dari perubahan inilah bisa terjadi plasenta “berpindah” atau lebih tepatnya bergeser secara relatif menjauhi jalan lahir, seolah-olah bergerak ke atas. Itulah sebabnya, sebelum masuk trimester terakhir, sekitar 28 minggu/7 bulan, dibiarkan saja dulu asal tidak terjadi perdarahan yang tidak bisa dikendalikan. Diharapkan nanti setelah 7 bulan, beruntung bisa “pindah” ke atas seperti penjelasan sebelumnya.
Tentu saja, penilaian paling optimal dan menentukan adalah saat mendekati persalinan, untuk memastikan benar-benar dimana posisi plasenta. Itulah mengapa, keputusan cara persalinan bisa berubah di menit-menit terakhir.
Begitu pula, jangan lantas menyebut bahwa diagnosa placenta-previa pada usia kehamilan muda dianggap “positif palsu”. Setelah membaca tulisan ini, sudah tahu bukan mengapa demikian?
Apa sih sebabnya terjadi kelainan tempat plasenta ? Bisa karena kelainan bawaaan pada bentuk rahim, adanya tumor rahim, atau bekas operasi sebelumnya yang meninggalkan jaringan parut di rahim. Bisa sebabnya faktor rahim : kehamilan ganda/kembar, ada kelainan bawaan rahim. Tidak ada hubungannya dengan saat hamil naik turun tangga atau banyak jungkir balik misalnya.
Tindakan ditentukan oleh jenis plasenta previanya. Biasanya ditunggu sampai sekitar 7 bulan untuk memastikan benar dimana posisi plasenta. Karena itu, walau Ibu hamil tidak “nungging”, kalau dasarnya memang bukan tipe previa ya tetap akan “bergeser” ke atas.
Risiko dari kelainan posisi ini, paling utama tentu perdarahan. Perdarahan bisa terjadi menjelang/saat persalinan. Ini dihindari/diantisipasi dengan penentuan cara persalinan operatif.
Bisa terjadi perdarahan saat mulai terjadi pembentukan segmen bawah rahim, dimana ada bagian plasenta yang “robek” oleh pergeseran jaringan di sekitar mulut rahim. Bila ini terjadi, yang terganggu adalah kesejahteraan janin, dan bisa juga memicu persalinan prematurus.
Bisa juga terjadi perdarahan oleh tekanan kepala janin saat mulai memasuki segmen bawah rahim sebagai persiapan menuju persalinan.

Apa yang menjadi faktor risiko plasenta-previa?
1. Wanita lebih dari 35 tahun, 3 kali lebih berisiko.2. Multiparitas, apalagi bila jaraknya singkat. Secara teori plasenta yang baru berusaha mencari tempat selain bekas plasenta sebelumnya.3. Kehamilan kembar.4. Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim sehingga mempersempit permukaan bagi penempelan plasenta.5. Adanya jaringan parut pada rahim oleh operasi sebelumnya. Dilaporkan, tanpa jaringan parut berisiko 0,26%. Setelah bedah sesar, bertambah berturut-turut menjadi 0,65% setelah 1 kali, 1,8% setelah 2 kali, 3% setelah 3 kali dan 10% setelah 4 kali atau lebih.6. Adanya endometriosis (adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya, misalnya di indung telur) setelah kehamilan sebelumnya.7. Riwayat plasenta previa sebelumnya, berisiko 12 kali lebih besar.8. Adanya trauma selama kehamilan.9. Kebiasaan tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol.
Selain placenta previa, ada juga perdarahan akibat solusio plancentae. Terjadi bila penempelan plasenta di tempat yang normal tetapi terlepas dari dinding rahim. Penyebab terlepas bisa karena perubahan anatomis/tumor pada rahim, karena tali plasenta pendek sehingga tertarik oleh gerakan janin, atau karena daya dukung plasenta memang sudah sangat berkurang, sehingga rapuh.
Akibatnya terjadi perdarahan. Secara mudah, pada placenta previa perdarahan tidak diikuti nyeri perut. Tetapi pada solusio plasenta, perdarahan diikuti nyeri perut yang hebat.
Karena itu, posisi plasenta adalah salah satu hal yang penting diperiksa saat menjalani USG.

Alhamdulillah saya belajar.
NB : Jangan lupa doakan saya agar melahirkan normal dan sehat. Amiiin. (sst.. soalnya melahirkan caecar mahal. Ga ada anggaran untuk ini dari kantor. Ingat : saya cuma guru. Guru ga boleh macem-macem. Saya udah bisikin juga sama si baby: lahir normal dan sehat ya....).

Saya belajar : Pemimpin Yang Bijaksana

Dari Auf bin Malik ra., ia berkata:

Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Pemimpin yang bijaksana adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian,kalian selalu mendoakan atasnya dan ia selalu mendoakan kalian.

Pemimpin yang terjahat adalah yang kalian benci dan membenci kalian, sedang kalian mengutuknya dan ia mengutuk kalian.”

Kami bertanya:“Wahai Rasulullah SAW, sebaiknya kita pecat saja mereka itu.”

Beliau menjawab:“Jangan, selama ia masih mengerjakan salat berjamaah dengan kalian.”
(HR. Muslim)

Jadi mudah saja, indikator seorang pemimpin itu bijaksana atau tidak adalah masalah hatinya dan hati umat. Ketika hatinya mencintai umat (bawahan) dan hati umat (bawahan) terbuka mencintainya, maka dia adalah pemimpin yang bijaksana. Begitu pula dengan mudahnya kita mengatakan seorang pemimpin itu adalah pemimpin yang terjahat, yaitu yang kita benci.

Menurut Bill Newman ada 10 hukum Kepemimpinan.

Hukum pertama = Pemimpin Harus Memiliki Visi.
Hukum Kedua = Pemimpin Harus Disiplin.
Hukum Ketiga adalah :Pemimpin Harus Bijaksana

Pengetahuan dapat diingat, sedangkan kebijaksanaan menembus batas-batas fisik. Kebijaksanaan adalah sesuatu yang memudahkan kita untuk menggunakan pengetahuan secara benar.
Kita hidup di jaman ledakan pengetahuan. Berbagai studi memperlihatkan bahwa setengah dari pengetahuan manusia telah ditemukan satu dekade yang lalu dan seterusnya. Lebih lanjut, pengetahuan kita akan berlipat ganda pada dekade terakhir.

Pemimpin yang efektif selalu mengembangkan pengetahuannya dengan membaca. Mereka mengumpulkan fakta yang diperlukan sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat.

Dengan berpengetahuan, seorang pemimpin tidak takut, ragu-ragu, atau khawatir dalam menyelesaikan pekerjaan, dan terbantu untuk mengatasi banyak masalah, sekaligus merupakan alat untuk berproses.

Kebijaksanaan adalah bagaimana menggunakan pengetahuan yang dimiliki dengan sebaik-baiknya, dan mengembangkan kemampuan untuk menyatakan pendapat.

Seorang pemimpin yang efektif memiliki penglihatan kebijaksanaan bukan dari matanya, namun dari dalam dirinya.

Kebijaksanaan menuntun diri seorang pemimpin untuk mengenali suatu masalah terlebih dahulu sebelum masalah itu terlanjur menjadi besar.

(Kutipan dari blog mbak Fuzna Mz).

H. Usep Romli H.M. (Zona Koruptor untuk Indonesia) menulis tentang betapa sulitnya sekarang menemukan pemimpin yang jujur dan adil, padahal pemimpin semacam itu, mendapat jaminan istimewa dari Allah SWT.

Sebuah hadis sahih riwayat Imam Bukhari menyebutkan, tujuh jenis manusia akan mendapat naungan keteduhan dari Allah SWT pada saat menempuh alam Mahsyar kelak, yang panasnya tak terperikan.

Yang pertama kali mendapat kehormatan tertinggi itu, adalah al-amirul ‘adil, pemimpin yang adil. Baru enam jenis yang lainnya.

Bahkan bagi seorang Nicolo Machiaveli (abad 13) lebih mudah mempertahankan kekuasaan yang korup dan tiran daripada yang adil dan jujur. Maka dalam bukunya I’l Principe — yang menjadi “kitab suci” para pemerintah otoriter dan diktatorian sejak dulu hingga sekarang — Machiavelli terang-terangan menganjurkan, agar para penguasa tidak adil dan tidak jujur. Justru harus keras dan kejam, licik dan culas, jika ingin melanggengkan kekuasaan.

Salah seorang pemimpin yang jujur dan adil namun harus mengalami pembunuhan tragis ketika memangku jabatan, adalah Umar bin Khattab (581-644). Ia kepala negara (khalifah). Dalam menjalankan pemerintahan yang adil, jujur dan bijaksana, ia menulis “Risalatul Qada” atau “Dustur Umar”. Berisi petunjuk bagi pejabat-pejabat bawahannya dalam menerapkan keadilan dan kejujuran dalam pemerintahan. Umar membagi tipe pemimpin dalam empat jenis.
Pertama, yang berwibawa. Tegas terhadap penyeleweng, koruptor dan penjahat negara, tanpa pandang bulu. Sekalipun dirinya sendiri atau keluarganya, tetap akan ditindak menurut hukum yang berlaku. Pemimpin semacam ini dikategorikan mujahid fi sabilillahi. Negara yang dipimpinnya, rakyat yang diayominya, akan mengalami keamanan, kemakmuran dan kesejahteraan lahir batin, di bawah naungan ampunan Allah SWT (Baldatun thayyibatun wa Rabbun Gafur).

Kedua, pemimpin yang tegas terhadap dirinya sendiri saja. Tapi ia tak berani terhadap bawahannya. Lemah dan tidak berwibawa di mata rakyat. Ia selalu dalam intaian bahaya, jika tidak mendapat pertolongan Allah SWT.

Ketiga, pemimpin egois. Mementingkan diri sendiri. Menempatkan bawahan dalam posisi ketakutan, sehingga terpecah-belah dalam kotak-kotak “dekat” dan “jauh”, “kering” dan “basah”. Menempatkan rakyat sebagai sumber pemerasan politik dan ekonomi. Pemimpin model begini akan mudah menjadi incaran kudeta, tidak mau ada yang membela. Bahkan dikutuk dan dihujat segenap lapisan. Nabi Muhammad saw. menggambarkannya sebagai “pemimpin terjahat yang merusak segala tatanan kehidupan” (Syarrur ri’ail huthamah).

Keempat, pemimpin yang berkomplot bersama rezimnya, memperkosa keadilan, merampas hak rakyat. Berbagai undang-undang dan peraturan dikeluarkan, agar perilaku komplotan rezim tersebut seolah-olah konstitusional dan demokratis. Padahal di balik itu tersembunyi teror, penghancuran dan persekongkolan untuk memenuhi kepentingan pemimpin, rezim dan golongan pendukungnya. Pemimpin seperti ini memang akan menikmati hasil gilang-gemilang, mengeruk keuntungan, mengokohkan kekuasaan. Namun hukuman Allah SWT akan menimpa tiba-tiba (baghtatan). Sehingga kesenangan yang mereka jalani, lenyap mendadak (Q.S. Al-An’am:44).
Resep Khalifah Umar di atas, bukan sekadar omong kosong. Sebagai Amirul Mu’minin (pemimpin orang-orang beriman) Umar sudah menjalankan praktik menegakkan keadilan dan kejujuran secara nyata. Selama sepuluh tahun menjadi khalifah (634-644), Umar telah mampu menegakkan keadilan dan kejujuran. Ia tak segan-segan menghukum anaknya sendiri yang melanggar aturan, menyingkirkan anak dan istrinya dari hal-hal beraroma KKN, turun tangan langsung menyantuni fakir miskin dan sebagainya.

Alhamdulillah.... saya belajar. Terima kasih.